Gedhe Nusantara

Gedhe Nusantara

Di era di mana narasi digital mendominasi, potensi besar di daerah pelosok seringkali tidak terdengar dan tidak terlihat. Kesenjangan digital bukan lagi hanya soal akses internet, tetapi juga soal kemampuan memproduksi konten yang relevan. Menjawab tantangan strategis ini, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) menggandeng Gedhe Nusantara untuk menyalakan percikan kreativitas di timur Indonesia.

Selama enam hari penuh, dari 25 hingga 30 Oktober 2024, suasana di Aula Desa Hoder, Kecamatan Weigate, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terasa berbeda. Sebanyak 30 generasi muda penuh antusias dari Desa Hoder dan Desa Wairbleler berkumpul, bukan untuk rapat biasa, melainkan untuk sebuah lokakarya intensif: menjadi content creator.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program prioritas Kemendesa PDTT dalam meningkatkan literasi digital dan keterampilan produksi konten di kalangan generasi muda di daerah-daerah pelosok. Tujuannya jelas: memberdayakan pemuda agar mampu menjadi duta digital bagi desa mereka sendiri, mempromosikan potensi tersembunyi, pariwisata, dan kekayaan budaya lokal ke khalayak yang jauh lebih luas.

Untuk memastikan kualitas pelatihan, Gedhe Nusantara menghadirkan pelatih nasional, Triadi Widianto, sebagai mentor utama. Pelatihan ini dirancang jauh dari format seminar yang kaku dan teoretis. Triadi menerapkan pendekatan bootcamp yang interaktif, mendorong peserta untuk langsung “kotor tangan”.

Selama di Aula Desa Hoder, para peserta dibimbing langkah demi langkah, mulai dari teknik dasar memegang kamera dan pengambilan gambar (sinematografi), proses editing video menggunakan perangkat lunak standar industri, hingga keahlian krusial: cara menyampaikan cerita visual (visual storytelling) yang efektif dan berdampak.

“Kuncinya bukan hanya membuat video yang indah, tapi video yang ‘berbicara’ dan mampu memberdayakan komunitas lokal,” ujar Triadi di sela-sela sesi pelatihan.

Antusiasme 30 peserta yang hadir sangat terasa. Bagi kebanyakan dari mereka, ini adalah pengalaman pertama memegang kamera secara profesional dan memahami alur kerja produksi konten. Salah satu peserta, Dewi, mengungkapkan kesannya dengan wajah berbinar.

“Pelatihan ini sangat berkesan dan membuka mata saya. Dulu saya pikir membuat video itu asal rekam saja. Berkat bimbingan langsung, saya jadi tahu bagaimana cara membuat video dengan baik dan benar, lengkap dengan alur ceritanya,” ungkap Dewi.

Kini, ia dan 29 rekannya tidak lagi hanya menjadi konsumen pasif di media sosial. Mereka telah dibekali keterampilan praktis yang diharapkan dapat terus diasah untuk mendukung berbagai kegiatan promosi desa, baik di sektor pariwisata, usaha mikro lokal, maupun program pemberdayaan masyarakat lainnya.

Sebagai bukti nyata dari proses belajar, pelatihan ini bukan sekadar teori. Secara kolektif, para peserta berhasil memproduksi enam video pembelajaran yang solid. Karya-karya perdana mereka ini mengangkat beragam tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari profil potensi desa, kearifan lokal, hingga kisah-kisah inspiratif dari komunitas mereka.

Video-video ini diharapkan dapat menjadi etalase digital baru sekaligus materi promosi otentik bagi desa-desa di Kabupaten Sikka. Kemendes dan Gedhe Nusantara berharap, pelatihan ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah gerakan kreativitas pemuda desa. Mereka diharapkan dapat secara konsisten menghasilkan konten-konten berkualitas yang tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan desa mereka, tetapi juga menginspirasi daerah lain di seluruh Indonesia.

Apakah artikel ini bermanfaat bagi Anda?
YaTidak