- Gedhe Nusantara Dampingi Pelatihan Produksi Video untuk Konten Kreator Desa Kabupaten Konawe - 13 November 2024
- Pelatihan Content Creator Muda Desa Hoder dan Desa Wairbleler Berjalan Sukses: Menghasilkan 6 Video Pembelajaran untuk Pemberdayaan Masyarakat - 2 November 2024
- Pelatihan Content Creator Muda Desa Sukses Digelar di Pelalawan - 14 September 2024
Gedhe Nusantara terus mengajak beragam pihak untuk bekerja sama dalam tim kolaborasi percepatan pembangunan desa, termasuk unsur perguruan tinggi. Pendekatan kolaborasi multipihak akan membantu desa untuk mendapatkan dukungan mitra yang tepat dan lengkap. Pendekatan ini akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan desa, seperti penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.
Demikian pendapat Agung Budi Satrio, Dewan Pendiri Gedhe Nusantara, pada acara Matching Making Innovation Forum Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Kamis (12/1) di Gedung Rektorat IT Telkom, Jalan DI. Panjaitan 128 Purwokerto. Menurutnya, pendekatan kolaborasi akan melahirkan gerakan kolektif multipihak yang membuat pencapaian tujuan semakin cepat.
“Selama satu dasawarsa ini, Gedhe selalu mengajak banyak pihak untuk membangun kerja kolaborasi. Setiap permasalahan desa akan mudah teratasi karena banyak pihak ikut berkontribusi. Inilah prinsip dasar gotong-royong,” jelasnya.
Budi Satrio melihat urusan tata kelola sumber daya desa, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, sebagai menjadi pintu masuk kolaborasi. Strategi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan akan menghindarkan desa dari degradasi dan kerusakan lingkungan. Kondisi lingkungan yang baik itu berbanding lurus dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat desa.
Tata kelola sumberdaya alam yang berkelanjutan membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tepat. Selama ini, masyarakat desa mempertahankan kualitas lingkungannya dengan prinsip dan nilai kearifan sosial yang bersifat turun-temurun. Sebagian besar kearifan sosial masyarakat diwujudkan dalam simbol dan ajaran yang belum tersusun secara ilmiah.
Banyak prinsip dan nilai kearifan lokal yang terbukti mampu menghindarkan masyarakat dari degradasi lingkungan. Pandangan mistis itu muncul akibat sebagian besar masyarakat belum mampu menyusun prinsip dan nilai kearifan mereka secara ilmiah.
“Kita butuh adanya kolaborasi kerja dengan dunia perguruan tinggi untuk mengubah persepsi kearifan masyarakat desa yang dianggap mistis menjadi domain kajian ilmiah,” lanjutnya.
Pada acara itu, Budi Satrio memperkenalkan Gedhe Nusantara, mulai dari awal pendiriannya pada 2009. Gedhe mewadahi para pegiat perdesaan, pemberdayaan masyarakat, praktisi pendidikan, dan praktisi teknologi informasi-komunikasi untuk membangun kolaborasi kerja.
Desa menjadi lokasi kerja sebagai bentuk dukungan Gedhe Nusantara pada masyarakat akar rumput untuk mewujudkan tata kehidupan yang lebih adil dan sejahtera. Karena itu, fokus kerja Gedhe Nusantara terkait dengan penguatan tata kelola sumberdaya desa, wirausaha dan perekonomian perdesaan, penguatan kawasan strategis, serta penguatan komunitas kreatif.
Tags :