Gedhe Nusantara

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) menjadi wadah belajar dan literasi masyarakat desa. Masyarakat dapat mengakses bahan bacaan secara gratis di TBM, bahkan mereka juga dapat membentuk kelompok belajar untuk topik-topik pembelajaran yang sama. Lewat penerapan prinsip belajar seumur hidup (live long education), TBM diharapkan melahirkan generasi cerdas di desa.

Peran TBM sudah dirasakan oleh masyarakat Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. TBM Kulimaca didirikan pada Sabtu, 24 Desember 2016 di Rumah Adat Kaolotan Cibadak. Acara peluncuran TBM cukup meriah, dihadiri oleh Muspika Kecamatan Cibeber, termasuk KUPT P&K Kecamatan Cibeber, tokoh masyarakat, tokoh agama, kasepuhan, masyarakat, dan ratusan pelajar di Desa Warungbanten.

Menurut Rohandi, pendiri TBM Kuli Maca sekaligus Kepala Desa Warungbanten, TBM mendapat mandat untuk menyelamatkan generasi muda dari pengaruh buruk modernisasi melalui strategi menumbuhkan minat baca di masyarakat. Selain menambah wawasan, TBM Kuli Maca merupakan wahana untuk menggali potensi dan membikin generasi desa cerdas, kreatif, dan inovatif.

“TBM Kuli Maca buka setiap hari Minggu atau hari libur dimulai dari jam 08.30 hingga15.30. Siapapun bisa memanfaatkan TBM Kuli Maca ini, mulai dari anak sekolah, pelajar, dan orang tua, baik dari dalam Desa Warungbanten maupun dari luar desa,” jelas Rohandi.

Pada medio 2017, TBM Kuli Maca berhasil menyabet juara satu untuk perpustakaan desa de Provinsi Jawa Baratmerasa terharu atas prestasi yang diraih TBM Kulimaca. Menurutnya, TBM Kuli Maca hanya modal nekad, semua koleksi pustaka berasal dari hasil swadaya masyarakat dan donasi dari pihak relawan TBM Provinsi Banten.

“Koleksi TBM berasal dari sumbangan buku bacaan masyarakat Desa Warungbanten yang sudah tidak digunakan. Alhamdulillah terkumpul 400 buku dan 96 buah CD pembelajaran,” lanjutnya.

Kini, TBM Kuli Maca menjadi pusat kegiatan literasi masyarakat, seperti membaca, menulis, berdongeng, bermain, bahkan mempelajari kearifan budaya lokal. Kegiatan ini menjadi daya tarik bagi masyarakat dan pegiat literasi dari luar desa. Berkat TBM Kuli Maca, generasi muda Desa Warungbanten mulai bangga dengan desanya.

Rumah Kreatif Wadas Kelir

Inisiatif serupa juga dilakukan oleh TBM Wadas Kelir yang berlokasi di Gerumbul Wadas Kelir, Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan. Pencetusnya adalah Heru Kurniawan, warga setempat yang menyukai dunia literasi. Awalnya, Heru mengajak anak-anak tetangga untuk bermain di rumahnya untuk mendongeng dan membaca. Pesertanya hanya sekitar lima anak, lalu berkembang menjadi lima belas anak. Lalu berdirilah Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK) untuk mengembangkan kreativitas anak, mulai dari menulis, membaca, bermain drama, menggambar, dan sebagainya.

Kini, RKWK menampung sekitar 50 anak dari lingkungan desa, Dalam mengelola RKWK, Heru dibantu oleh 17 sukarelawan yang sebagian besar berasal dari mahasiswa. RKWK sudah memiliki kurikulum, kegiatan-kegiatan, serta model dan pendekatan pembelajaran sehingga seluruh kegiatan sudah tersistematisasi dengan baik. Anak-anak dapat terus tumbuh-kembang dalam kreativitas yang tanpa batas dalam bimbingan dan pendampingan RKWK.

Setidaknya, ada empat segmen pengembangan budaya baca di masyarakat yang difasilitasi dan diorganisasi oleh TBM Wadas Kelir. Pertama, kegiatan literasi untuk anak-anak. Kegiatan literasi ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan pendidikan untuk anak usia dini, bermain dan belajar, pengembangan kreativitas anak, mengaji dan literasi agama, sampai bimbingan dan pendampingan belajar anak.

Kedua, kegiatan literasi untuk remaja. Kegiatan literasi untuk remaja dilakukan dilakukan melalui kreativitas sinematografi, penulisan, industri kreatif, pentas seni, diskusi, hingga sekolah literasi. Semua kegiatan ini dilakukan setiap minggunya.

Ketiga, kegiatan literasi untuk ibu-ibu. Kegiatannya berupa pelatihan keterampilan, pengajian ibu-ibu, pembagian tabloid dan majalah keluarga, latihan pembelajaran, dan sebagainya yang dilakukan setiap minggu.

Keempat, kegiatan literasi untuk bapak-bapak yang di Kampung Literasi Wadas Kelir dilakukan melalui pelatihan keterampilan, kajian agama, gotong-royong, dan pengembangan usaha.

Dari kegiatan itu, wawasan dan keterampilan masyarakat terus berubah dan meningkat. Dampaknya, kualitas kehidupan masyarakat Wadas Kelir mulai meningkat, baik peningkatan dalam sektor pendidikan, sosial, budaya, agama, sampai pada ekonomi. Tak berlebihan, bila muncul adagium gerakan literasi melahirkan generasi desa yang cerdas.

 

Apakah artikel ini bermanfaat bagi Anda?
YaTidak