Yossy Suparyo
Ikuti:

Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan tertinggi di tingkat desa. Dalam Musyawarah Desa, masyarakat desa memutuskan isu-isu strategis di wilayahnya. Data visual, seperti peta, foto, dan video sangat membantu masyarakat untuk memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang mereka miliki.

Peta sosial desa adalah salah satu data visual yang ada di desa. Peta sosial dibuat secara partisipatif oleh warga untuk melihat sebaran peringkat kesejahteraan penduduk (kaya, sedang, miskin dan sangat miskin). Peta sosial juga menunjukkan bagaimana akses warga terhadap sumber-sumber daya alam yang terdapat di desanya.

Dalam membuat Peta Sosial Desa, warga menentukan indikator-indikator kesejahteraannya, seperti rumah, lahan, kendaraan, penghasilan, dan sebagainya. Selanjutnya, peta sosial dapat didijitasi menjadi peta digital. Kita bisa menggunakan warna-warna yang berbeda untuk menunjukkan perbedaan kondisi, misal merah (sangat miskin), biru (miskin), kuning (sedang), dan hijau (kaya).

Desa Pandanlandung di Malang menjadi contoh pemanfaatan data visual dalam perencanaan program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Mereka melakukan pemetaan desa secara partisipatif sebagai metode mengumpulkan data secara menyeluruh, baik potensi maupun masalah di desa.

Tak hanya itu data yang terkumpul divisualkan dalam bentuk geospasial (kondisi permukaan bumi) dan kondisi sosial masyarakat versi Peta Desa Tiga Dimensi (3D). Peta 3D mampu menampilkan segala kondisi yang ada di permukaan desa sehingga bisa menjadi data dasar perencanaan desa yang berkualitas.

Dalam Musyawarah Desa, masyarakat dapat melihat kondisi dan situasi wilayahnya yang terbuat dalam gambar peta sosial, seperti rumah-rumah warga dan infrastruktur yang ada di desa. Berkat dukungan data visual tersebut, keputusan-keputusan musyawarah desa makin menjawab kondisi nyata di desa.

Apa manfaat peta sosial dalam musyawarah desa? Setidaknya ada tiga manfaat peta sosial desa dalam musyawarah desa.

Pertama, peta sosial mampu menampilkan data tata letak komunitas, infrastruktur, kependudukan, etno-kelompok bahasa, pola kesehatan, kekayaan, dan sebagainya.

Kedua, peta sosial mampu mengidentifikasi kelompok sosial yang berbeda menggunakan kriteria yang ditetapkan secara lokal dan menilai distribusi aset di seluruh kelompok sosial.

Ketiga, peta sosial mampu memuat keragaman lembaga sosial dan pandangan masyarakat yang berbeda terhadap lembaga-lembaga sosial tersebut.

Foto dan video dapat memperkuat peta sosial desa. Keduanya dapat diproduksi oleh warga melalui kamera telepon pintar yang dimiliki oleh warga. Pendekatan visual akan mudah dipemahami oleh masyarakat secara cepat. Data visual akan melengkapi data angka dan naratif yang tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan desa.

Apakah artikel ini bermanfaat bagi Anda?
YaTidak