- Gedhe Nusantara Perkuat Kapasitas Bisnis Petani Hutan Sidadadi Lewat Pelatihan Usaha dan Koperasi - 25 November 2025
- Gedhe Nusantara Susun Modul Kewirausahaan Sosial, Perkuat Ekonomi Kolektif Petani Hutan - 21 November 2025
- Sukses Olah Lahan Hutan Jadi Berkah: Kelompok Tani Sidadadi Kawunganten Segera Dapat Izin Perhutanan Sosial dari Kementerian Kehutanan - 18 November 2025
Gedhe Nusantara menyelenggarakan pelatihan intensif bagi Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dan Koperasi guna memperkuat kapasitas petani dalam mengelola potensi hutan desa. Sebanyak 25 anggota Kelompok Tani Sidadadi mengikuti kegiatan ini di Madrasah Diniah Al Himam, Pondok Pesantren Al Himam, Desa Sarwadadi, Kawunganten, Cilacap, pada Sabtu (22/11).
Penyelenggara merancang pelatihan ini untuk memberikan keterampilan praktis pengelolaan usaha kelompok. Petani penerima program perhutanan sosial tidak boleh hanya mampu bercocok tanam, tetapi juga harus memiliki kemampuan manajerial untuk mengolah hasil panen menjadi bisnis berkelanjutan.
Direktur Gedhe Nusantara, Yossy Suparyo, berharap Kelompok tani hutan sekadar mengorganisasi diri secara sosial, tetapi juga secara ekonomi. Pengorganisasian ekonomi akan melahirkan kelembagaan usaha kolektif yang kuat sebagai jalan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Pelatihan ini akan diselenggarakan secara rutin agar petani mampu mengembangkan bisnis secara strategis dan mengelola lembaga bisnis yang memiliki daya saing yang kompetitif.
Selama pelatihan peserta fokus memetakan jenis usaha potensial selama kegiatan berlangsung. Mereka aktif membedah berbagai komoditas unggulan di wilayah perhutanan sosial setempat, mulai dari pisang, karet, jinitri, jeruk, kelapa, jagung, hingga padi. Identifikasi ini merupakan langkah awal vital dalam menyusun rantai pasok yang efektif.
Ada dua narasumber ahli hadir memandu pelatihan, yakni Henni Panca (Koordinator APIKMAS Kedungbanteng) dan Agung Budi Satrio (Sekretaris Koperasi Multipihak Jenggala).
Henni Panca menekankan bahwa perencanaan bisnis matang menentukan keberhasilan kelompok. Ia menerapkan metode simulasi agar peserta tidak sekadar mendengarkan teori, tetapi aktif menyusun rencana bisnis bersama.
“Kini, petani memiliki bayangan lebih rinci dan terukur tentang jenis bisnis serta strategi eksekusinya,” ujar Henni.
Sementara itu, Agung Budi Satrio membagikan kisah sukses KMP Jenggala yang mencatatkan omset Rp1,5 Milyar dalam dua tahun terakhir. Agung menjelaskan perbedaan mendasar koperasi konvensional dengan Koperasi Multi Pihak (KMP).
“Berbagai pihak, baik individu maupun lembaga dengan kepentingan sama, mendirikan dan menjalankan KMP secara kolaboratif,” jelasnya.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan pembagian keuntungan menggunakan sistem ‘saham’ dan melihat kontribusi nyata para pihak terhadap pengembangan usaha.
“Model kelembagaan ini sangat relevan bagi Kelompok Tani Sidadadi untuk mengakomodasi berbagai kepentingan anggota dalam satu wadah ekonomi solid,” lanjutnya.
Samdhana Institutes, Bogor, mendukung program pendampingan dan penguatan lembaga ekonomi ini. Samdhana Institute adalah sebuah organisasi nonpemerintah (ornop) yang mendukung masyarakat adat dan komunitas lokal di Asia Tenggara untuk mencapai keadilan sosial dan lingkungan.

