- 8 Video Pembelajaran Diproduksi Konten Kreator Kecamatan Pandaan, Pasuruan - 28 Agustus 2024
- Ananda Senang Prakerin di Gedhe Foundation - 2 Februari 2018
- Mahasiswa IAIN Purwokerto PPL di Gedhe Foundation - 2 Februari 2018
Budayawan Ahmad Tohari memberikan sepuluh pemikiran dalam Festival Kalikudi 2016 (23/9). Pemikiran tersebut terangkum dalam makalah yang diberi judul Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Warisan Utama Nilai Luhur Budaya Nusantara.
Pertama, pada zaman purba, masyarakat Nusantara membutuhkan sesuatu yang perkasa dan langgeng untuk sandaran dan pelindung kehidupan.Sesuatu yang bisa melindungi adalah Tuhan dengan sebutan apapun dalam bahasa masing-masing.
Kedua, pada awal masyarakat Nusantara meyakini arwah nenek moyang mampu melindungi dan langgeng.Sebutannya animisme (yang tanpa bentuk) dan dinamisme (yang punya kekuatan).
Ketiga, pada 3000 tahun SM terjadi migrasi dari Vietnam, Laos, Kamboja ke Nusantara dan berasimilasi dengan penduduk asli. Para ahli antropologi menyebutnya sebagai ras Melayu Tua (Batak, Bali Aga, dan suku kecil di NTT). Mereka meyakini keyakinan yang disebut para ahli bernama Kapitayan. Tokoh utama adalah Jnanabadra/ Badranaya/ Semar dan dua saudaranya (Sang Hantaga dan Sang Manikmaya). Sang Badranaya bermukim di Jawa, Sang Hantaga di luar Jawa, dan Sang Manikmaya menjadi penguasa alam gaib. Saat ini, mereka menganut agama Hindu-Budha, Islam, Kristen, dan Kepercayaan.
Keempat, keyakinan Kapitayan, Tuhan disebut Sang Hyang Taya (Yang Mutlak, Sang Hyang Tunggal). Untuk keperluan abdian (ibadah), mereka membangun patung patung atau benda lain.
Kelima, pada 1000 tahun SM, terjadi migrasi kembali yang dipercayai sebagai nenek moyang ras Melayu Muda (Jawa, Minang, Sunda, Banjar, Bugis, dan seterusnya).Pada periode ini agama Budha dan Hindu masuk Nusantara.
Keenam, keyakinan Kapitayan dan Budha memiliki sistem kepercayaan monoteistik. Dalam agama Budha, Tuhan berhakikat kekosongan seperti stupa Candi Borobudur. Hal ini sama dengan kepercayaan penganut Kapitayan.
Ketujuh, Islam datang mengajarkan monoteisme (tauhid).Kristen Katolik dan Protestan mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan, tapi mengajarkan Tuhan dalam wujud Tritunggal seperti keyakinan agama Hindu.
Kedelapan, dalam uraian pertama hingga ketujuh disimpulkan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sudah menjadi panutan masyarakat Nusantara jauh sebelum masuknya agama luar. Warisan tersebut menjadi nilai luhur budaya bangsa. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan ruh agama yang kemudian masuk Nusantara.
Kesembilan, Lembaga Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa menjadi wadah. Keberadaannya dijamin oleh Undang-undang dan beberapa peraturan resmi.
Kesepuluh, penghayatan terhadap suatu kepercayaan atau agama memerlukan implementasi atau laku dalam kehidupan nyata. Kalau tidak, buat apa orang menganut suatu kepercayaan.
Jauh sebelum agama datang, nenek moyang kita sudah percaya Tuhan. Poin ini mengeingatkan saya ketika saya berdiskusi tentang falsafah kejawen dengan seorang dalang Ebeg di desa saya.
Lantas, jika ada orang atau agama tertentu bilang bahwa nenek moyang kita tidak menyembah Tuhan, maka orang atau penganut agama tersebut jelas tidak membaca sejarah.